Kamis, 17 September 2015

 the moon that embraces the sun
 
aku hidup dalam drama korea.
tentang kerajaan penuh sandiwara.
tentang ambisi alay para pejabat dn penguasa.
dg segala serunya cara pelegalan.
jubah yang ditunduki oleh banyak orang.
dan sebutir 'selilit' kepada yg mati2an memikirkan kerajaan, tanpa jubah.

ku pikir, itu hanya ke-lebay-an sutradara
mendramatisir kondisi negara, agar seru
tak akan mungkin ada negara sekacau itu.
tak mungkin. kataku berkali2.

tapi, aku baru sadar
aku sendiri berada dalam kotak televisi itu
aku hidup di negara itu
lalu apa yg bsa ku lakukan?
sudah sebegini parahnya penyakit ibu pertiwiku, dan aku baru tau.. :(
ia berkedip tanpa senyum
bernafas berat tanpa jeda

kau tau kawan bagaimana rasanya?
seperti menemani ibunda yang teramat kita cintai dalam keadaan koma
begitu sesak rasanya di dada,
tapi tak ada yang bisa aku lakukan selain hanya berdoa
adakah cara lain yg bissa ku tempuh kawan?

pray for our indonesia
pray pray and pray

Kamis, 26 Juni 2014

OBAT itu PAHIT

Sidoarjo, 25 juni 2014

SEBELUM AKU BERKATA JUJUR
Biasanya kejujuran itu menyakitkan. Oleh karenanya nabi pernah bersabda untuk berkata jujur walaupun pahit rasanya. Seolah sudah menjadi sunatulloh bahwa jujur itu pahit. Dan hampir semua orang refleknya tidak senang, akan ‘mercing’ bahkan menangis jika ada hal pahit yang datang menghampirinya, bahkan walaupun hal yang pahit itu biasanya membawa dampak positif bagi kita.
Begitu juga halnya dengan kejujuran. Seolah sudah bersifat kodrati bahwa ketika kita menerima kejujuran (bukan pujian), maka respon  reflek yang dialami oleh hati kita adalah, sakit. Betapa sangat sakitnya rasa itu hingga terkadang kita tak mampu menahan air mata. Saat seperti itu biasanya kita hanya ingin merenung dan diam. Tak ingin berkata apapun karena sesungguhnya apa yang dikatakan oleh dia (orang yang jujur tadi) adalah benar adanya. Lebih tepatnya tak bisa berkata apa2.
Beberapa hari kemudian, setelah kita selesai dengan perenungan kita, lambat laun sakit dalam hati itu hilang, berganti rasa syukur. Seharusnya begitu. Karena berkat kejujuran itu kita menjadi tahu seberapa menderitanya mereka terhadap sifat, sikap ataupun ucapan kita. karena kejujuran itu kitapun juga dapat mengetahui bahwa hal itu, hal yang ada pada diri kita itu, sangat merugikan orang lain (baik secara materi maupun psikologi, dlohir maupun batin). Karena kejujuran itu pula kekurangan2 kita yang berlimpah ruah bisa sedikit demi sedikit kita kurangi sehingga dengan begitu insyaalloh timbangan dosa kita pun tidak bertambah terlalu banyak, bahkan mungkin bisa berkurang. Karena kejujuran dari dia adalah lebih baik, paling tidak lebih gentle daripada mereka terus tersenyum di hadapan kita namun menghujat penuh sesak di belakang kita bersama mereka. Karena keberaniannya untuk berkata jujur menjadikan kita lebih tentram, tinimbang dia harus mengatakan kekesalannya itu pada orang lain yang hal itu bisa berakibat orang lain tersebut turut membenci kita akibat cerita kekesalan itu. bahwa sungguh besar manfaat kejujuran itu jika kita berkenan memikirkannya barang sejenak. Maka dari itu, saat kita menerima kejujuran (bukan pujian) tak perlu rasanya kita meluapkan rasa sakit hati kita terhadap dia. Diam memang diperlukan untuk meredam agar rasa sakit ini tidak ber-metafora menjadi susunan kata2 jahat dari sisi hewani kita. namun diam yang terlalu lama pun juga kurang etis karena sesungguhnya seyogyanya kita harus segera berterimakasih padanya atas keberaniannya untuk berkata jujur tersebut. Diam yang terlalu lama juga dapat berpotensi menyakiti hatinya karena ia akan nelangsa dan menyesali perbuatannya karena telah jujur pada kita, sehingga malah dia yang meminta maaf kepada kita, padahal itu bukan seharusnya yang terjadi, dan patutlah kita malu jika sampai itu terjadi. Diam yang terlalu lama pun juga dapat menimbulkan prasangka bahwa kita tidak nompo atas kekurangan kita tersebut (tidak mau dikritik, tidak mau disalahkan, dsb) sehingga akan bertambah besar kebencian orang lain terhadap kita, yang sesungguhnya secara manusiawi kita pasti akan sedih jika dibenci.
Pun juga ketika kita ingin menyampaikan kejujuran terhadap orang lain. Waktu dan situasi sangatlah penting untuk menjadi pertimbangan kita. termasuk juga susunan kata dan intonasi yang kita gunakan perlu ditata, agar sakit hati yang pasti dirasakannya pun juga dapat ditekan seminimal mungkin. Saat kita merasa di “dholimi”, ingin rasanya kita langsung mengutarakan kejujuran dan berteriak bahwa kita sakit dan menderita diperlakukan seperti itu. itu sangat wajar, apalagi bagi kaum wanita. Namun, esensi keagungan kejujuran itu akan hilang jika kita mengatakannya dalam keadaan emosi yang buruk karena biasanya kita sulit mengontrol -apapun itu- saat kita sedang dalam keadaan seperti itu.  sehingga kata2 yang keluar pun biasanya terdengar lebih menyakitkan. Maka dari itu nabi kita pernah menghimbau untuk diam ketika sedang marah, bepindah posisi dan atau segera mengambil air wudlu. Sehingga, agaknya kita musti diam terlebih dahulu jika memutuskan akan berkata jujur padanya. Diam bertujuan untuk meredam amarah kita. diam sejenak bermaksud untuk memikirkan kembali apakah kejujuran itu akan dapat membawa kebaikan atau malah lebih banyak madlorot yang akan timbul sebab kejujuran itu. diam untuk menyusun kata2 yang tepat agar maksud kita sampai dan dapat meminimalisir sakit pada hatinya atas kejujuran kita. karena dalam tenang kita lebih bisa mengontrol. Kitapun juga dapat membuat bibir ini tersenyum atau bahkan memaksa tersenyum agar sedikit pudar gejolak emosi dihati ini. Dalam tenang kita akan dapat teringat betapa kebaikan dan usahanya untuk terus berbuat baik pada kita adalah jauh lebih banyak daripada airmata yang disebabkan olehnya. Dalam tenang kita dapat menyadari bahwa gusti Alloh yang maha kuasa dan perkasa tidaklah tidur, tidak pernah luput sedikitpun tentang apa yang terjadi dan dirasakan makhluk-Nya, maka sebenarnya kuasa kita (untuk berkata jujur dengan kasar dan membalas) adalah sangat tidak diperlukan. Biarkan kekuasaan yang Maha Lembut itu yang menuntun kita dan mereka.
===========================================================================
Menjadi baik mungkin memang sulit, namun berusaha menjadi baik seharusnya dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari tingkatan apa saja.
Semoga segala gerak gerik kita, tutur kata dan tingkah laku senantiasa direkso oleh yang Maha ngerekso. Amiin..


Ahsin kama ahsanallohu ilaika J

Kamis, 07 November 2013

who are you?

engkau anggap apa aku ini?
engkau pulang dan pergi semaumu sendiri.
engkau anggap apa kami ini?
engkau meminta kami memahamimu, tapi kami tak pernah merasa engkau pahami.
memangnya engkau siapa?
tak mau disakiti dan ingin dimengerti, namun ucapanmu senantiasa menyakiti kami.
sekali lagi, memang siapakah engkau?
"pengeran katon" yang tak pernah berbuat salah, sehingga seberapapun menyakitkan ucapanmu, engkau tak pernah merasa salah.
tahukah engkau bahwa kami manusia biasa?
sama sepertimu yang juga punya rasa sakit hati dan ingin dimengerti.
tahukah engkau bahwa kita sama-sama manusia biasa?
maka jika engkau ingin dihargai, kamipun juga ingin dihargai, sama.
seberapa tinggi engkau merasa dirimu hebat, sehingga engkau tak pernah berucap "maaf" ?
seberapa muliakah engkau hingga engkau berhak, semaumu, menyakiti hati orang lain dg berdalih "mengingatkan dan berdakwah?"
engkau merasa dipojokkan dan dianiaya, didholimi dan disiksa batinnya ketika orang lain tidak mau menuruti apa kemauanmu. apa engkau pernah berpikir, seberapa sering engkau memojokkan kami atas kemauanmu?
berkali2 engkau mengucapkan bahwa semua orang disekitarmu g mau mengalah, "saena'e dewe", pengen menang sendiri. lalu kau sebut apa dirimu yang suka memaksakan kehendak itu?
engkau menghardik kami karena kami tidak bisa membuat semua menjadi lebih baik.
tapi saat kami mencoba berpendapat memberi solusi, engkau spontan berkata bahwa kami tak tahu apa2 dan tak bisa bantu apa2, "kebo nusu gudel" engkau lontarkan sebagai ganjaran atas kelancangan kami berpendapat itu.
engkau pulang dan pergi semaumu sendiri, tak peduli apapun.
tak peduli seberapa kuatirnya kami terhadapmu.
tak peduli perasaan kami kala itu.
tak peduli berapa liter air mata yang kami keluarkan untukmu.
tak peduli.
engkau tetap pergi saat engkau ingin pergi.
dan engkau kembali saat engkau ingin kembali.
dan perasaan kami engkau permainkan.
maka, kini, jangan salahkan kami jika kami sudah tidak peduli padamu.
engkau mau pergi? silahkan.
berapa lama engkau mau berada diluar sana? kami tak peduli.
engkau ingin kembali? silahkan.
engkau sendiri yang membuat kami kejam tak berperasaan seperti ini. engkau sendiri.

aku ditanya, apakah aku tidak jengkel padamu atas semua sikapmu itu.
sangat jengkel.
namun ku rasa tak ada gunanya aku menunjukkan rasa jengkel ini.
"amoh2 o wi tetep al-qur'an", tak pantas jika aku harus membalas menyakiti hatimu.
aku tahu engkau sudah renta. tak dapat diajak berpikir yang ideal, "seharusnya bagaimana".
aku tetap akan berusaha menuruti apapun maumu, tanpa berkomentar apapun.
namun maaf, aku tak dapat memaksa orang lain untuk menurutimu, maaf.
kini saya mohon padamu, diamlah saja engkau, tak usah berkomentar apapun atas semua keadaan ini, tak usah menyalahkan siapapun atas semua yang terjadi ini, maka mereka lama-lama akan iba padamu.
cobalah mulai berpikir, bahwa "mungkin ini salahku", "mungkin ucapan2ku terlalu menyakiti hati mereka", "mungkin tuduhanku itu tidak seharusnya terlontar demikian", "mungkin akulah yang terlalu ber-su'udzon pada mereka"., dll

seandainya engkau bisa membaca pikiran orang lain, bacalah pikiran dan harapanku ini.
aku tak bernyali utnuk menyampaikan ini padamu melalui lisanku, saat perasaan paling benar, tak pernah bersalah, yang kecil tidak lebih bisa dari yang tua, tak pantas yang kecil ikut mengatur (memberi solusi) pada yang tua masih duduk manis bersemayam dalam hati dan pikiranmu.
maafkan aku jika tak sepenuh hati menyayangimu, tapi percayalah bahwa aku sepenuh hati menjaga dan menguatkan diriku agar tak sampai menyakiti hatimu.

seseorang pastilah tidak akan diuji diluar batas kemampuannya.
tidak ada sesuatupun yang terjadi di muka bumi ini yang sia-sia.

YASSIR LANAA UMUURONAA, UMUURODDUNYA WAL-AKHIROH.

Kamis, 04 Juli 2013

perjuangan yang indah


Buku ini, buku yang ku kisahkan akan perjuangan, tentang seseorang yang berarti bagi saya.
Buku ini, adalah buku cerita, yang mengisahkan sebuah kenyataan yang realistis dan benar adanya.
Dan buku ini adalah buku pemahaman mengenai makna kata ARSITEKTUR menurut saya.

“ku terlanjur mencintainya, ku tak bisa berpaling darinya, ku tak mau mencoba yang kedua kalinya, karena ku yakin ini jalan yang terbaik dariNya” –oh arsitektur-

ARSITEKTUR
Kekaguman akan timbul ketika seseorang merasakan keindahannya,
Kebahagiaan akan timbul ketika seseorang merasakan kenyamannya,
Kepedihan akan timbul ketika seseorang tak turut merasakan di dalamnya.
Tapi bahkan,
Haru dan tangis akan muncul ketika seseorang menikmatinya.

Itulah Arsitektur, yang bila dilihat akan timbul decak kagum yang melihat, yang bila dipandang akan timbul senyum bahagia yang memandang, yang bila dirasakan akan timbul kepuasan yang merasakan, dan yang bila dibuka akan membuat haru bahkan tangis orang yang membuka.


Ya, bagiku arsitektur adalah kado, kado yang kelak kan ku berikan pada seseorang yang sangat berarti bagi saya, kado yang kelak kan ku persembahkan pada seseorang yang selama ini berjuang untuk saya, kado yang ku limpahkan sebagai wujud terima kasihku selama ini. Yang dengan kado ini kelak ku kan melihat senyum kecil itu terpancar dari bibirmu, yang dengan kado ini kelak kan mampu membawa nama besarmu, dan ketika itu kau hadir, seraya berkata, “Nak, aku bangga padamu.”
Itulah satu motivasi terbesarku tuk bertahan di satu langkah maju, menuju harapan baru bersama ARSITEKTUR.
Ibu, perjuanganmu telah tercapai, ketika dulu kau pernah membisikkan secuil harapan tuk menguliahkan anak-anakmu. Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat tuk membesarkan kelima anakmu seorang diri.
Dan sungguh, entah bahagia apa yang kau dapat kelak ketika salah seorang dari mereka bersorak gembira dengan kesuksesan yang didapat, dan ARSITEKTUR sebagai kado terhebat.

Ya, menurut saya, arsitektur adalah bingkisan, yang kelak kan ku perlihatkan pada ibu tentang kesuksesan yang kubuat.
Arsitektur adalah sarana, media penyampai rasa terima kasihku  selama ini.
Dan Arsitektur adalah sebuah cahaya di masa mendatang.

Sampai sekarang ku teringat harapan itu, bisikan lembut tentang sebuah cita yang tulus,  tersimpan dibenak terdalam. Harapan yang menurut saya sungguh mulia, dan harapan itu kini terbang dengan cahaya kenyataan, yang mungkin ini adalah buah perjuangan yang selama ini kau lakukan.

Entah setegar apa dirimu, ketika seseorang disampingmu, kala dulu meninggalkanmu,
Entah sekuat apa dirimu, ketika tanggung jawab itu berpindah ke tanganmu,
Entah sehebat apa dirimu, hingga sepuluh tahun itu, bukan menjadi hal yang sulit untuk bertahan mencapai mimpimu, menguliahkan semua buah hatimu.

Mungkin, kalau ditanya siapa orang yang paling berjasa di hidupku, siapa orang yang menjadi teladanku, atau siapa orang yang menjadi motivasiku, tentu ibu lah jawabanku.
Karena beliaulah yang mengantarkanku sampai sekarang, menuju impian gerbang suatu kenyataan masa mendatang, di ARSITEKTUR,

Ya, ku ingin meneruskan mimpinya, ku tak ingin berhenti berjuang, karena ku tahu perjuangan yangku lakukan selama ini tidaklah sebandang dengan perjuangan yang sudah beliau lakukan, hingga detik ini.
Dan ku yakin, kau tak kan terus berhenti berjuang walau hanya menjajakkan sebuah jajan emas penggerak kehidupan (baca:jajan), karena dengan ini kami hidup dan terus berjuang.

Ya, hanya dengan ARSITEKTUR ini, kelak kan sebuah pencerahan mengenai masa depan yang lebih baik itu, akan muncul perlahan.
Kelak hidup yang semula dibawah ini, kan berputar, berbalik 1800 menuju puncak kehidupan sebagai jiwa yag bermanfaat bagi sekitar.

Dan kelak kado yang teristimewa ini kan kupersembahkan sebagai wujud penantian sebuah kata “kebanggaan” yang harus ku tunggu hingga waktu yang ditentukan.
Dan wujud yang ingin ku perlihatkan kelak, itu adalah masjid, masjid yang kuharap sebuah kebahagiaan, kepuasaan, tangis, haru, bahkan sebuah kebanggaan terlontar dari relung seorang ibu yang mulia.
Masjid yang menjadi bukti, tentang sebuah perjalanan hidup, perjuangan dan penggapaian yang sempurna.
Besar harapanku, ku mampu mewujudkan itu semua.

-Amiin-
“Bersyukurlah selagi kau bisa, bersyukurlah akan segala keadaan yang kau terima, karena kita tak tahu, rencana Tuhan kedepan terlukis dimana, yang diinginkan oleh Tuhan  hanya sebuah perjuangan, karena tak ada kata sukses sebelum orang itu memperjuangkan.

-ARSITEKTUR-
“make the story tobe history”

Dedicated to my mother –Laily Zulfa-

Rabu, 03 Juli 2013

jangan berhenti mencintaiku

hari kian bergulir
semakin dekat dirimu dihatiku
meskipun tak terucapkan
ku merasakan dalamnya cintamu

jangan berhenti mencintaiku
meski mentari berhenti bersinar
jangan beruah sedikitpun
didalam cintamu kutemukan bahagia

jalan mungkin berliku
tak akan lelah bila disampingmu
semakin ku mengenalmu
jelas terlihat pintu masa depan

jangan berhenti mencintaiku
meski mentari berhenti bersinar
jangan berubah sedikitpun
didalam cintamu kutemukan bahagia

semoga tiada berhenti
bersemi selamanya

jangan berhenti mencintaiku
meski mentari berhenti bersinar
jangan berubah sedikitpun
didalam cintamu ku temukan bahagia

(titi dj) https://www.youtube.com/watch?v=PABTZLWbFqk

Sabtu, 30 Maret 2013

aby wa ummy



Roudlotul jannah, 17 november 2011

“Andai Engkau Tahu Apa Yang Ku Harap”
Apakah engkau masih bisa tersenyum saat kini engkau merasa tidak dibutuhkan oleh orang dsekitarmu, dan memikirkannya membuat hatimu tidak tenang. Jika masih bisa, aku bangga padamu, karena engkau benar2 menunjukkan ketegaranmu, apalagi jika engkau tetap bertahan disitu sampai engkau benar2 bisa merasa berarti disitu, maka sungguh aku teramat bangga pdamu karena engkau begitu tangguh.
Apakah engkau masih bisa tersenyum saat kini hatimu sudah lelah menghadapinya yang tak pernah mengerti perasaanmu? Jika masih bisa, aku salut kepada ketegaran jiwa lembutmu yang bisa bertahan dg semua ini, apalagi jika hatimu tetap lembut dan tak bosan untuk bersabar, maka sungguh aku teramat salut padamu karena engkau begitu tangguh atas takdir kelmbutan padamu.
Emak, andai engkau bisa mendengar bisikan, suara, dan jeritan hatiku tiap saat, maka mungkin engkau akan tau betapa aku teramat sayang padamu, atas air susumu yang telah menjadikan q seperti ini, atas tauladanmu kepadaq, atas air mata sayangmu padaq ditengah malam2mu, atas cerita dan belaian mu, atas dekapan hangat nan menentramkan, atas ketangguhanmu menghidupi q, menghidupi kami, atas kesabaranmu menghadapi bapakq, atas semua yang tak sanggup aku sebutkan karena begitu banyaknya hal2 yang mengharuskan ku berterima kasih banyak padamu. Jika engkau ingin mendengar harapku, maka tolong dengarkan hatiku tanpa merasa cemburu atau merasa sedih, dengarkan dengan kelembutan dan keteduhan hati engkau. Tolong tetaplah bersabar terhadap bapakq, tolong mengerti dan maklumilah sifat dan karakternya itu, bukalah lagi pintu kelembutanmu padanya, tolong bantu membuatnya merasa berarti dan dibutuhkan olehmu, tolong buat ia merasa engkau sungguh membutuhkannya. Walau mungkin kenyataanya engkau memang tidak membuthknnya, walau mungkin jika ia berada didekatmu hanya akn menambah sakit dan beban hatimu, walau mungkin kehadirannya membuatmu sesak karena memikirkannya. Lakukanlah demi aq mak... Aku tau, andai engkau bukan seorang istri yang sabar maka pasti engkau akan berkata bahwa engkau sangat amat menyesal telah menikah dg bapakq. Aku tau, andai engkau bukan ibu yang pandai bersyukur, pastilah engkau tidak akan bisa tetap tersenyum pada anak2mu dan berkata pada mereka bahwa engkau sangat bahagia mempunyai anak seperti kami, bahwa engkau amat bangga melihat kami. Maka engkau adalah emak terhebat dalam hidupku, suri tauladan nyata yang sering kuciumi tanganmu, berharap agar aku dapat menirumu, berharap aku dapat mewarisi ketegaran dan ketangguhanmu. Hati egoisku berharap agar engkau masih mau bersabar menghadapi bapakq, tapi hati kecilku tersiksa melihat engkau terus bersabar akan perlakuan2 bapakq. Ah entalah mak..., aku bingung. Namun yang pasti q sangaaat menyayangimu.
Bapak, seandainya engkau tau aku sungguh menyayangimu secara tulus. Aku adalh anak perempuanmu yang sebagian besar genku terbentuk darimu, maka aku tau apa yang engkau rasakan, aku tau apa yang engkau mau, bahkan aku memaklumi, sangat memaklumi atas persepsi2mu yang banyak orang memicingkan mata saat mendengarnya. Aku menyayangimu, sangat menyayangimu walau kata mereka engkau tidak pernah memberi apa2 padaq, kasih sayangmu pamrih, dan tidak patut aku sayangi. Aku sngguh menyayangimu tanpa aku tau mengapa aku bisa menyayangimu, hati kecilku tetap bisa memaklumimu disaat mereka membencimu, disaat hatiku juga berontak akan sikapmu yang kurang benar. Hatiku sakit saat mereka menghinamu, saat mereka menyudutkanmu didepanku, anak perempuanmu. Apakah engkau tau pak? Apakah engkau tau betapa hatiku menyayangimu, walau memang aku tidak lebih berpihak padamu ats logikaku yang mengatakan bahwa engkau memang salah. Aku ingin mendekat padamu, merengkuhmu, berada disampingmu untk menemani hatimu yg sering sedih dan merasa tersisih itu. Aku ingin mengatakn padamu bahwa hatiku sangat membutuhkanmu, maka jangan tinggalkan kami lagi demi aku yang masih membutuhkanmu. Jika engkau ingin mendengar harapanku padamu, maka dengarkanlah bisik hatiku tanpa merasa cemburu ataupun terhina, dengarkan dg hati engkau yang paling sejuk. tolong jagakan hati emakq, sayangi jiwa perempuannya atas takdir kelemahan dan kelembutannya itu, lindungi kekurangan2nya sebagai wanita atas kelebihanmu sebagai pria, sekali saja tolong hapuskan air matanya yg sering jatuh ditengah malam2nya, temani keterjagaannya di malm2nya, hibur dan dekaplah ia dg penuh kasih sayang seperti apa yang emak berikan padaq, pada kami. Jika engkau ingin dihormati dan disegani emakq layaknya seorang suami yang digambarkan oleh nabi qt, maka sayangi dan hargai pula emakq sebagaimana nabi qt memperlakukannya pada sayyidati khodijah. Hati egoisku berharap agar engkau mau terus bersabar tetap bersama kami, dalam keadaan apapun. Namun hati kecilku teriris sakit jika melihatmu begini terus, merasa tidak berguna dan memang tidak dipergunakan, berusaha tetap tersenyum walau keadaan seperti ini adalh sungguh menyiksa batinmu. Ah entahlah pak..., aku bingung. Namun yang jelas ak sungguh menyayangimu.
Lantas? Apa yang harus ku lakukan???
atas kebingunganku yang tak berpenghujung solusi.
apakah aku hanya bisa menangis kala mengingat engkau berdua, kala mengingat batinmu yang sama2 sedang tidak tenang dan tersiksa?
aku tau aku harus melangkah, tapi kemana? Bagaimana? Dengan apa? Langkah yang seperti apa? Sampai akhirnya kebingunganku itu menemui jalan buntu yang membuatku tak bisa melangkah.
aku kini tetap berdiri, bersama air mata yg tak bisa ku bendung ini, bersama kebingungan yang masih dan terus bergelayut dipikiranku ini, bersama doa yang terus terpanjat berharap terbukanya jalan didepanku.
aku pasrah..
aku masih menunggu jalan didepanku terbuka, dengan doa dan tangis yang mengiringi, karena mungkin hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
semoga jalan itu terbuka sebelm semua terlambat. Sebelum semua yang ku takutkan terjadi.
semoga...
amin...
فوضت امرى الي الله ما شاء الله لاحول ولا قوة الا بالله العلى العظيم
 امين



Anakmu yang tak pernah bisa dibanggakan
Siti Nafa’ati.

begitu jauh lebih baik



Engkau mulai tak menghiraukan keberadaanku
Kau sibuk mencari solusi dari apa yg memberatkan pikiranmu
Engkau sibuk merenungi pemecahan apa yg menyesakkan dadamu
Engkau sibuk dg dirimu sendiri

Ketika ku coba mendekat dan bertanya, engkau tersenyum
Dan engkaupun mengajakku bercanda tawa lagi
Namun aku tau betul, didalam sana engkau sedang gunda, engkau sedang ditimpa suatu kebingungan
Aku tau engkau bersandiwara
Aku tau garis besar permasalahnmu
Tapi aku tak tau apa yang engkau mau, ada berapa banyak tembok dan jalan yg merisaukanmu atas masalah itu
Aku tak tahu..

Apakah engkau menginginkan saya diam saja melihat hatimu menjerit dihimpit seperti itu?
Apakah engkau tak melihatku menangis, bersedih, mencoba mengerti apa yg harus ku lakukan?

engkau meminta aku selalu terbuka padamu
engkau menangis sedih ketika melihatku sedih memikirkan sesuatu seorang diri
dan akhirnya aku mau berbagi walau itu sungguh pahit rasanya bagiku

seandainya aku diijinkan berkata, maka akan ku katakan padamu
aku disini, disampingmu
menunggu engkau mau memalingkan wajahmu padaku dan mengungkapkan isi hatimu
aku disini, didekatmu
tak akan bahagia melihat senyum palsumu itu

begitu tak berharganyakah diriku?
Menyayangimu, menjerumuskanmu kelembah hitam
Menemanimu, namun tak dapat menenangkanmu
Mendengarkan ceritamu, namun tak dapat memecahkan masalahmu

dan

engkau berbisik
dengan bisikan yang sejatinya telah memberiku ketenangan dan kekaguman tiada tara
“ maaf daku belum siap cerita padamu, namun daku sudah terus curhat kepada Gusti Alloh koq ;) “

robbi...
ternyata bukanlah ia menyimpan keluh kesahnya seorang diri
bukanlah maksudnya untuk mengacuhkanku
namun ia mendatangi ketenangan yang tak ada lagi ketenangan mengunggulinya
ketenangan mengingat dan dekat dengan-Mu ya robb...
lindungilah ia, beriah ketenangan dan solusi untuknya
dan berikanku kekuatan untuk tetap tersenyum untuk membantu menyemangatinya
amiin..
:)