Roudlotul jannah, 17 november 2011
“Andai Engkau
Tahu Apa Yang Ku Harap”
Apakah engkau masih bisa tersenyum saat kini
engkau merasa tidak dibutuhkan oleh orang dsekitarmu, dan memikirkannya membuat
hatimu tidak tenang. Jika masih bisa, aku bangga padamu, karena engkau benar2
menunjukkan ketegaranmu, apalagi jika engkau tetap bertahan disitu sampai
engkau benar2 bisa merasa berarti disitu, maka sungguh aku teramat bangga pdamu
karena engkau begitu tangguh.
Apakah engkau masih bisa tersenyum saat kini
hatimu sudah lelah menghadapinya yang tak pernah mengerti perasaanmu? Jika
masih bisa, aku salut kepada ketegaran jiwa lembutmu yang bisa bertahan dg
semua ini, apalagi jika hatimu tetap lembut dan tak bosan untuk bersabar, maka
sungguh aku teramat salut padamu karena engkau begitu tangguh atas takdir
kelmbutan padamu.
Emak, andai engkau bisa mendengar bisikan, suara,
dan jeritan hatiku tiap saat, maka mungkin engkau akan tau betapa aku teramat
sayang padamu, atas air susumu yang telah menjadikan q seperti ini, atas
tauladanmu kepadaq, atas air mata sayangmu padaq ditengah malam2mu, atas cerita
dan belaian mu, atas dekapan hangat nan menentramkan, atas ketangguhanmu menghidupi
q, menghidupi kami, atas kesabaranmu menghadapi bapakq, atas semua yang tak
sanggup aku sebutkan karena begitu banyaknya hal2 yang mengharuskan ku
berterima kasih banyak padamu. Jika engkau ingin mendengar harapku, maka tolong
dengarkan hatiku tanpa merasa cemburu atau merasa sedih, dengarkan dengan
kelembutan dan keteduhan hati engkau. Tolong tetaplah bersabar terhadap bapakq,
tolong mengerti dan maklumilah sifat dan karakternya itu, bukalah lagi pintu
kelembutanmu padanya, tolong bantu membuatnya merasa berarti dan dibutuhkan
olehmu, tolong buat ia merasa engkau sungguh membutuhkannya. Walau mungkin
kenyataanya engkau memang tidak membuthknnya, walau mungkin jika ia berada
didekatmu hanya akn menambah sakit dan beban hatimu, walau mungkin kehadirannya
membuatmu sesak karena memikirkannya. Lakukanlah demi aq mak... Aku tau, andai
engkau bukan seorang istri yang sabar maka pasti engkau akan berkata bahwa
engkau sangat amat menyesal telah menikah dg bapakq. Aku tau, andai engkau
bukan ibu yang pandai bersyukur, pastilah engkau tidak akan bisa tetap
tersenyum pada anak2mu dan berkata pada mereka bahwa engkau sangat bahagia
mempunyai anak seperti kami, bahwa engkau amat bangga melihat kami. Maka engkau
adalah emak terhebat dalam hidupku, suri tauladan nyata yang sering kuciumi
tanganmu, berharap agar aku dapat menirumu, berharap aku dapat mewarisi
ketegaran dan ketangguhanmu. Hati egoisku berharap agar engkau masih mau
bersabar menghadapi bapakq, tapi hati kecilku tersiksa melihat engkau terus
bersabar akan perlakuan2 bapakq. Ah entalah mak..., aku bingung. Namun yang
pasti q sangaaat menyayangimu.
Bapak, seandainya engkau tau aku sungguh
menyayangimu secara tulus. Aku adalh anak perempuanmu yang sebagian besar genku
terbentuk darimu, maka aku tau apa yang engkau rasakan, aku tau apa yang engkau
mau, bahkan aku memaklumi, sangat memaklumi atas persepsi2mu yang banyak orang
memicingkan mata saat mendengarnya. Aku menyayangimu, sangat menyayangimu walau
kata mereka engkau tidak pernah memberi apa2 padaq, kasih sayangmu pamrih, dan
tidak patut aku sayangi. Aku sngguh menyayangimu tanpa aku tau mengapa aku bisa
menyayangimu, hati kecilku tetap bisa memaklumimu disaat mereka membencimu,
disaat hatiku juga berontak akan sikapmu yang kurang benar. Hatiku sakit saat mereka
menghinamu, saat mereka menyudutkanmu didepanku, anak perempuanmu. Apakah
engkau tau pak? Apakah engkau tau betapa hatiku menyayangimu, walau memang aku tidak
lebih berpihak padamu ats logikaku yang mengatakan bahwa engkau memang salah.
Aku ingin mendekat padamu, merengkuhmu, berada disampingmu untk menemani hatimu
yg sering sedih dan merasa tersisih itu. Aku ingin mengatakn padamu bahwa
hatiku sangat membutuhkanmu, maka jangan tinggalkan kami lagi demi aku yang
masih membutuhkanmu. Jika engkau ingin mendengar harapanku padamu, maka dengarkanlah
bisik hatiku tanpa merasa cemburu ataupun terhina, dengarkan dg hati engkau
yang paling sejuk. tolong jagakan hati emakq, sayangi jiwa perempuannya atas
takdir kelemahan dan kelembutannya itu, lindungi kekurangan2nya sebagai wanita
atas kelebihanmu sebagai pria, sekali saja tolong hapuskan air matanya yg
sering jatuh ditengah malam2nya, temani keterjagaannya di malm2nya, hibur dan
dekaplah ia dg penuh kasih sayang seperti apa yang emak berikan padaq, pada
kami. Jika engkau ingin dihormati dan disegani emakq layaknya seorang suami
yang digambarkan oleh nabi qt, maka sayangi dan hargai pula emakq sebagaimana
nabi qt memperlakukannya pada sayyidati khodijah. Hati egoisku berharap agar
engkau mau terus bersabar tetap bersama kami, dalam keadaan apapun. Namun hati
kecilku teriris sakit jika melihatmu begini terus, merasa tidak berguna dan
memang tidak dipergunakan, berusaha tetap tersenyum walau keadaan seperti ini
adalh sungguh menyiksa batinmu. Ah entahlah pak..., aku bingung. Namun yang
jelas ak sungguh menyayangimu.
Lantas? Apa yang harus ku lakukan???
atas kebingunganku yang tak berpenghujung solusi.
apakah aku hanya bisa menangis kala mengingat engkau berdua, kala mengingat batinmu yang sama2 sedang tidak tenang dan tersiksa?
aku tau aku harus melangkah, tapi kemana? Bagaimana? Dengan apa? Langkah yang seperti apa? Sampai akhirnya kebingunganku itu menemui jalan buntu yang membuatku tak bisa melangkah.
aku kini tetap berdiri, bersama air mata yg tak bisa ku bendung ini, bersama kebingungan yang masih dan terus bergelayut dipikiranku ini, bersama doa yang terus terpanjat berharap terbukanya jalan didepanku.
aku pasrah..
aku masih menunggu jalan didepanku terbuka, dengan doa dan tangis yang mengiringi, karena mungkin hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
semoga jalan itu terbuka sebelm semua terlambat. Sebelum semua yang ku takutkan terjadi.
semoga...
amin...
atas kebingunganku yang tak berpenghujung solusi.
apakah aku hanya bisa menangis kala mengingat engkau berdua, kala mengingat batinmu yang sama2 sedang tidak tenang dan tersiksa?
aku tau aku harus melangkah, tapi kemana? Bagaimana? Dengan apa? Langkah yang seperti apa? Sampai akhirnya kebingunganku itu menemui jalan buntu yang membuatku tak bisa melangkah.
aku kini tetap berdiri, bersama air mata yg tak bisa ku bendung ini, bersama kebingungan yang masih dan terus bergelayut dipikiranku ini, bersama doa yang terus terpanjat berharap terbukanya jalan didepanku.
aku pasrah..
aku masih menunggu jalan didepanku terbuka, dengan doa dan tangis yang mengiringi, karena mungkin hanya itu yang bisa kulakukan saat ini.
semoga jalan itu terbuka sebelm semua terlambat. Sebelum semua yang ku takutkan terjadi.
semoga...
amin...
فوضت امرى الي الله ما شاء الله لاحول ولا قوة
الا بالله العلى العظيم
امين
Anakmu yang tak pernah bisa dibanggakan
Siti Nafa’ati.
Tulit tulit.. Yang paling bawah tidak boleh begitu bu'.. @.@
BalasHapusemang begono kenyataane e pak :p
BalasHapus